Tuesday, June 14, 2016

Materi PJOK atau Penjas | "Jalan, Lari dan Lompat"

Pengertian, Perbedaan Jalan, Lari dan Lompat

Pada pengertian jalan lari dan lompat merupakan tujuan pada pelajaran atletik dimana olahraga yang paling tertua. Istilah athletic dalam bahasa Inggris dan dalam bahasa Jerman mempunyai arti yang luas meliputi berbagai cabang olahraga yang bersifat perlombaan dan pertandingan. Dalam bahasa Yunani Athlos artinya lomba, tetapi sejalan dengan perkembangan jaman dibedakan antara atletik dan cabang olahraga lainnya seperti; Permainan, senam, renang, bela diri dan lainnya.

Pada cabang atletik khususnya nomor jalan dan lari.
Pengertian Jalan
Jalan merupakan gerak berpindah tempat atau memindahkan tubuh dari satu titik ke titik lainnya dengan cara melangkah menggunakan kaki secara bergantian. Gerak tubuh yang kita lakukan dalam berjalan didominasi oleh langkah kaki, meskipun gerak tangan, dan anggota badan lainnya juga di perlukan tetapi gerak langkah kaki sebagai gerak utama.
jalan


Pengertian dari Lari
Secara awam gerakan jalan dengan lari tidak ada perbedaan yang berarti. Baik jalan maupun lari adalah gerakan memindahkan tubuh dari satu titik ke titik lainnya dengan cara melangkahkan kaki secara bergantian. Jadi pengertian lari juga sama dengan jalan yaitu gerak berpindah tempat atau memindahkan tubuh daei satu titik ke titik lainnya dengan cara melangkah menggunakan kaki secara bergantian. Namun antara jalan dan lari ada perbedaan yang signifikan terutama kontak kaki dengan tanah. Mari kita bahas kembali Pengertian, Perbedaan Jalan dan Lari berikut.

lari

Perbedaan antara jalan dan lari
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa meskipun jalan dan lari mempunyai pengertian yang sama tetapi kita dapat mengidentifikasi perbedaan jalan dan lari yaitu:

  • Jalan, pada gerakan jalan, langkah-langkah kaki yang kita gerakan selalu ada salah satu kaki yang berhubungan atau kontak dengan tanah. 
  • Lari, pada gerakan lari, langkah-langkah kaki yang kita gerakan ada saat kedua kaki tidak berhubungan dengan tanah. Artinya pada lari pada saat tertentu kedua kaki melayang di udara.

Gerakan berjalan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu sebagai berikut.

  1. Berjalan ke depan : Gerakannya, mula-mula langkahkan kaki kirike depan dengan lutut agak dibengkokkan.Tangan kanan diayunkan dari belakang ke depandengan siku agak dibengkokkan. Gerakan tangan kiri merupakan kebalikan dari gerakan tangan kanan.    Pada waktu berjalan, posisi badan tegak, dada dibuka, perut agak ditarik ke dalam supaya rata, kepala tegak dan pandangan mengarah ke depan.
  2. Berjalan ke samping : Gerakannya, mula-mula ambil sikap berdiri tegak, langkahkan kaki kiri ke samping kiri. Dengan cepat, langkahkan kaki kanan ke samping kiri hingga merapat. Langkahkan kembali kaki kiri, ke samping kiri disusul kaki kanan, begitu seterusnya. Jika kamu ingin berjalan ke arah samping kanan, lakukan gerakan sebaliknya. Pandangan diarahkan ke depan. 
  3. Latihan jalan mengarah pada lomba jalan cepat : Gerakannya seperti jalan ke depan biasa, tetapi tiap langkahnya dilakukan dengan cepat. 

Pengertian Lompat
Pengertian melompat adalah melompat adalah gerakan yang diawali dengan menggunakan 1 kaki tumpuan untuk berpindah tempat atau bisa juga Melompat adalah bergerak vertikal dengan sebuah tolakan yang bertumpu pada kaki.

lompat

Biasanya, lompat ditujukan untuk pelajaran atletik, contoh untuk latihan gerakan dasar melompat antara lain :

  1. Melompat tanpa awalan : Melompat tanpa awalan terdiri atas tolakan dengan dua kaki atau tolakan dengan satu kaki. Tolakan dengan dua kaki, Sikap awal berdiri tegak dengan kedua tangan di samping badan. Selanjutnya lututditekuk, kedua tangan ke belakang, badan agak condong ke depan. Saat melakukan tolakan, kedua kaki ke depan, kedua tangan diayunkan dari belakang ke depan. Mendarat dengan lutut agak ditekuk, kedua tangan ke depan. Pandangan ke arah depan. Tolakan dengan satu kaki : Sikap awal berdiri dengan kaki kiri di depan lurus, kaki kanan di belakang agak ditekuk, kedua tangan ke belakang. Selanjutnya, kaki kanan diayunkan ke depan, kaki kiri ditolakkan ke depan menyusul kaki kanan, kedua tangan diayunkan ke depan. Ketika melayang di udara, kedua kaki dirapatkan. Mendaratdengan kedua ujung kaki, lutut ditekuk, kedua tangan ke arah depan.
  2. Melompat dengan awalan Melompat dengan awalan mengacu pada lompat jauh. Cara melakukannya sama seperti pada melompat tanpa awalan. Akan tetapi, sebelum melakukan tolakan didahului lari beberapa langkah d engan jarak tertentu, kemudian lari secepatnya. Tepat pada papan tumpu, lakukan tolakan dengan dua kaki atau satu kaki.




Saturday, June 11, 2016

PTK PENJAS | PTK PJOK | Peningkatan Kemampuan Servis Bawah Pada Permainan Bola Voli

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Kegiatan olahraga pada umumnya dapat dipandang dari empat dimensi yaitu : (1) olahraga rekreatif yang menekankan tercapainya kesehatan jasmani dan rohani dengan tema khas seperti pencapaian kesegaran jasmani dan pelepasan ketegangan hidup sehari-hari, (2) olahraga pendidikan yang menekankan pada aspek pendidikan, yaitu olahraga merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, (3) olahraga kompetetif menekankan kegiatan perlombaan dan pencapaian prestasi, dan (4) olahraga profesional yang menekankan tercapainya keuntungan material. Dari keempat macam kegiatan olahraga tersebut, tentunya setiap orang mempunyai tujuan yang berbeda-beda dalam melakukan kegiatan olahraga.
Olahraga di sekolah dipandang sebagai alat pendidikan yang mempunyai peran pencapaian tujuan belajar mengajar secara keseluruhan. Olahraga sebagai pendidikan atau dengan istilah pendidikan jasmani merupakan salah satu pelajaran yang wajib diajarkan baik di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Tujuan umum dari pendidikan jasmani diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan gerak, (3) perkembangan mental dan, (4) perkembangan sosial (Adang Suherman, 2000:23). Melalui pendidikan jasmani diharapkan dapat merangsang perkembangan dan pertumbuhan jasmani siswa, merangsang perkembangan sikap, mental, sosial, emosi yang seimbang serta keterampilan gerak siswa. Pentingnya peranan pendidikan jasmani di sekolah maka harus diajarkan secara baik dan benar. Siswa Sekolah Dasar (SD) merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan. Oleh karena itu, dalam membelajarkan pendidikan jasmani diharapkan dapat merangsang perkembangan dan pertumbuhan siswa. Untuk mencapai hal tersebut, maka materi-materi dalam pendidikan jasmani dari sekolah tingkat paling rendah hingga atas telah diatur dalam kurikulum pendidikan jasmani (Adang Suherman, 2000:23).
Menurut Kurikulum Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar (Depdiknas,2004:4) dijelaskan bahwa materi pendidikan jasmani untuk TK sampai kelas 3 SD meliputi kesadaran akan tubuh dan gerakan, kecakapan gerak dasar, gerakan ritmik, permainan, akuatik, senam, kebugaran jasmani dan pembentukan sikap dan perilaku. Materi pembelajaran untuk kelas 4 sampai 6 SD adalah aktivitas pembentukan tubuh, permainan dan modifikasi olahraga, kecakapan hidup di alam bebas dan kecakapan hidup personal. Salah satu materi pendidikan jasmani untuk siswa sekolah dasar yaitu permainan. Macam cabang olahraga yang diajarkan siswa Sekolah Dasar di antaranya permainan bola voli. Banyak manfaat yang diperoleh dengan bermain bola voli yaitu dapat membentuk sikap tubuh yang baik meliputi anatomis, fisiologis, kesehatan dan kemampuan jasmani. Manfaatnya bagi rohani yaitu kejiwaan, kepribadian dan karakter akan tumbuh ke arah yang sesuai dengan tuntutan masyarakat. 
Permainan bola voli merupakan cabang olahraga yang dapat dimainkan dan digemari oleh anak-anak, remaja, pemuda, dan orang dewasa baik wanita maupun pria. Permainan bola voli sudah dikenal sejak abad pertengahan. W.G. Morgan pada tahun 1895 menciptakan semacam permainan bola voli yang disebut minonette yang mengandung unsur tenis, base ball, dan handball. Peraturan permainan mulai ditetapkan pada tahun 1986, kemudian antara tahun 1900 dan 1925, peraturan permainan mengalami perubahan-perubahan, sehingga permainan bola voli menjadi permainan seperti yang kita kenal sekarang ini (Viera,2004:106). Permainan bola voli berkembang menjadi cabang olahraga yang sangat digemari masyarakat. Permainan bola voli dilakukan oleh semua lapisan masyarakat, dari anak-anak sampai orang tua, laki-laki maupun perempuan, masyarakat kota sampai masyarakat desa. Prinsip bermain bola voli adalah memainkan bola dengan memukul menggunakan tangan dan berusaha menjatuhkannya ke dalam lapangan pemain lawan dengan berusaha menyeberangkan bola melewati atas net atau jaring, serta mempertahankannya agar bola tidak jatuh ke lapangan sendiri. Bola harus benar-benar dipukul, tidak bolah ditangkap, dipegang atau dilemparkan. Pemain tidak boleh menyentuh bola dua kali berturut-turut, setiap regu tidak diperkenankan memainkan atau menyentuh bola lebih dari tiga kali sebelum menyentuh net. Selama bola masih dalam permainan, semua pemain tidak diperbolehkan menyentuh net/jaring, dan melewati garis tengah (Viera, 2004:122).
Langkah awal dalam pembelajaran bola voli pada siswa sekolah dasar yaitu diajarkan macam-macam teknik dasar bola voli. Maksud dan tujuan diajarkannya macam-macam teknik dasar bola voli yaitu, agar siswa memahami dan menguasainya sehingga akan memiliki keterampilan bermain bola voli. Berdasarkan macamnya teknik dasar bola voli dibedakan menjadi dua yaitu, teknik tanpa bola dan teknik dengan bola. Teknik tanpa bola dan teknik dengan bola merupakan dua komponen yang saling berkaitan dalam pelaksanaan permainan bola voli. Teknik dasar dengan bola meliputi: (1) passing, (2) servis, (3) umpan, (4) smash, dan (5) bendungan (block).
Teknik dasar servis mempunyai peranan penting dalam permainan bola voli. Berdasarkan jenisnya, servis bola voli dibedakan menjadi dua macam yaitu servis bawah dan servis atas. Pentingnya peranan servis maka harus diajarkan kepada siswa agar siswa memahami dan menguasainya, sehingga dapat melakukan servis dengan baik dan benar. Servis bawah merupakan salah satu jenis servis bola voli yang paling sederhana dan mudah dilakukan terutama bagi pemula termasuk siswa SD. Upaya meningkatkan kemampuan servis bawah bagi siswa pemula dibutuhkan cara mengajar yang tepat. Selain itu, guru juga harus mengerti peraturan-peraturan, teknik, dan taktik bermain bola voli. Seorang guru dituntut memiliki kreativitas dalam menyusun suatu perencanaan program pengajaran teknik gerakan dari yang sederhana kearah yang lebih kompleks, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Oleh karena itu. Seorang guru harus mengetahui dan memahami bentuk-bentuk permainan yang cukup sederhana dan mampu menerapkan metode pembelajaran yang tepat, sehingga mudah dipahami anak didik yang baru mengenal permainan bola voli.
Pengajaran olahraga atau pendidikan jasmani di sekolah Dasar, khususnya cabang olahraga bola voli, masih sulit diajarkan dalam bentuk aturan cabang olahraga yang sesungguhnya, karena tingkat perkembangan fisik anak masih belum mampu mengatasi beban seberat itu. Oleh sebab itu, hampir semua cabang olahraga diberikan dalam bentuk yang disederhanakan atau disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak di sekolah Dasar. Permasalahan yang dihadapi oleh guru adalah kurangnya kemampuan siswa kelas V SD ............ dalam melakukan servis bawah. Masih rendahnya kemampuan servis bawah tersebut perlu ditelusuri faktor-faktor penyebabnya, apakah penguasaan teknik servis bawah belum baik, kemampuan fisik belum baik, ataukah metode mengajar yang dilaksanakan kurang tepat. Kondisi yang demikian seorang guru harus mampu mengevaluasi dari semua faktor baik dari pihak guru sendiri atau pun dari pihak siswa. Siswa sekolah dasar pada umumnya yang belum menguasai teknik servis bawah, merasa belum siap bahkan belum memiliki kekuatan yang memadai, sehingga mengalami kesulitan untuk melakukan servis bawah. Ini biasanya dialami oleh anak-anak yang kurang senang dengan olahraga apalagi bagi siswa putri. Kurangnya sarana seperti bola mini, bola lunak, metode pembelajaran yang kurang efektif merupakan faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya kemampuan servis bawah bola voli. Selain itu, jarang sekali seorang guru menciptakan variasi-variasi pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan siswanya. Misalnya belajar servis menggunakan bola mini, bola plastik, belajar servis dari jarak dekat dan lain sebagainya. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan dalam pembelajaran keterampilan terutama untuk anak pemula. Kondisi yang tidak memungkinkan untuk membelajarkan siswa dengan sarana yang ada, menuntut guru berkreativitas agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Seorang guru pada umumnya kurang memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar motorik. Pembelajaran yang tidak memperhatikan taraf perkembangan dan pertumbuhan siswa (misal siswa belum siap, belum memiliki kekuatan yang memadai), harus dicarikan solusi yang tepat sesuai dengan kondisi siswa. Upaya meningkatkan kemampuan servis bawah bola voli, maka seorang guru harus mampu menerapkan model mengajar yang tepat, di antaranya model pembelajaran secara bertahap.
Salah satu model pembelajaran yang ditempuh adalah model pembelajara latihan secara bertahap, model pembelajaran ini merupakan bentuk latihan keterampilan yang dilakukan secara bertahap dari keterampilan yang dipelajari, dimana siswa diberikan pengajaran secara bertahap, langkah demi langkah. Melalui model pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat lebih menguasai kemampuan servis bawah dalam pembelajaran bola voli. 
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dipandang penting untuk menerapkan model pembelajaran secara bertahap guna meningkatkan kemampuan servis bawah pada permainan bola voli mini siswa kelas V SD .........., Kecamatan ........., Kabupaten ......... tahun pelajaran 2012/2013.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan masalah, yaitu: Apakah ada peningkatan kemampuan servis bawah pada permainan bola voli dengan menggunakan model pembelajaran secara bertahap pada siswa kelas V SD ........., Kecamatan ......., Kabupaten ........?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan kemampuan servis bawah pada permainan bola voli mini dengan menggunakan model pembelajaran secara bertahap pada siswa siswa kelas V SD ........., Kecamatan ......., Kabupaten ........ tahun pelajaran 2012/2013.

1.4 Manfaat Penelitian
Berkaitan dengan permasalahan dan tujuan penelitian tersebut di atas, diharapkan penelitian ini memberi manfaat antara lain:
a. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu:
(1) Menjadi referensi dan memberikan sumbangan bagi penelitian sejenis dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan di dunia pendidikan terutama pendidikan jasmani;
(2) Menjadi rujukan alternatif pendekatan pembelajaran penjasorkes di sekolah-sekolah.
b. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai berikut.
(1) Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan yang dimiliki secara profesional sebagai seorang guru khususnya untuk pengembangan pembelajaran;
(2) Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan servis bawah pada permainan bola voli mini;
(3) Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan mampu memberi motivasi para guru untuk selalu mengembangkan inovasi pembelajaran dan memecahkan masalah-masalah kelas dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap (Darsono, 2000:4). Menurut Gagne dan Berliner, sebagaimana dikutip oleh Anni (2006:2), belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya sebagai hasil dari pengalaman. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa proses belajar menghasilkan perubahan perilaku yang berupa pemahaman, keterampilan dan sikap.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2006:5). Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor (Munadi, 2010:2). Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk yaitu perubahan pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan individu yang belajar. 
Bloom (1956) sebagaimana dikutip dalam Munadi (2010) mengklasifikasi hasil belajar dalam tiga domain, yaitu: 
(1) Domain Kognitif, yaitu domain yang mencakup pengetahuan dan pengembangan skill intelektual, termasuk mengidentifikasi fakta-fakta spesifik, pola prosedur, dan konsep yang mengembangkan kemampuan intelektual; 
(2) Domain Afektif, yaitu domain yang mencakup sikap secara emosional, perasaan, nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi dan perilaku;
(3) Domain Psikomotor, yaitu domain yang mencakup gerakan fisik, koordinasi dan penggunaan skill motorik. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah perubahan yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam melakukan lempar turbo serta perilaku siswa selama proses pembelajaran.
3. Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah dasar
Sanusi (2003:2) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (penjasorkes) merupakan bagian integral dari kurikulum yang berlaku di sekolah. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di tingkat pendidikan dasar memiliki karakteristik yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik usia pendidikan dasar yang harus selalu melakukan aktivitas gerak dalam masa pertumbuhan.
a. Pengertian Penjasorkes
Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, sosial, dan emosional (Depdiknas, 2003:6). Hal tersebut bermakna bahwa pendidikan jasmani pada hakikatnya merupakan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas jasmani sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan pada umumnya, yaitu meningkatkan kualitas hidup siswa secara menyeluruh baik secara fisik, psikis, mental, moral, maupun sosial agar menjadi manusia seutuhnya. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pendidikan jasmani selanjutnya disebut Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (Penjasorkes) yang tidak hanya memperhatikan aktivitas fisik, melainkan juga kesehatan peserta didik (Suharjana, 2010:1).
b. Tujuan Penjasorkes di Sekolah Dasar
Depdiknas ( 2003b : 6 ) mengemukakan bahwa penjasorkes memiliki tujuan sebagai berikut.
(1) meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani.
(2) membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial, dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis, dan agama.
(3) menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas ajar pendidikan jasmani.
(4) mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri, dan demokratis melalui pendidikan jasmani.
(5) mengembangkan kemampuan gerak dan keterampilan berbagai macam permainan dan olahraga.
(6) mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas pendidikan jasmani.
(7) mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain.
(8) mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat. 
(9) mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang rekreatif.
c. Strategi Pemilihan Model Pembelajaran Penjasorkes
Pada prinsipnya, pemilihan model pembelajaran penjasorkes harus memperhatikan kesesuaian dengan materi dan karakteristik siswa sebagai subjek yang belajar. Guru hendaknya memperhatikan berbagai kemungkinan pendekatan yang dapat ditempuh agar seluruh kebutuhan siswa dalam pembelajaran dapat terakomodasi. Guru hendaknya selalu memilih cara agar anak yang kurang terampil juga tetap menyukai latihan dan memperoleh pengalaman sukses. Kriteria keberhasilan juga harus disesuaikan dengan kemampuan anak (Kusuma, 2010:5).
d. Pembelajaran Penjasorkes Berdasarkan DAP
DAP adalah singkatan dari Developmentally Appropriate Practice, yaitu prinsip-prinsip bahwa pembelajaran atau layihan penjasorkes harus diberikan sesuai taraf perkambangan anak ( Semiawan, 2008:121). Anak usia SD dalam arti mental berada dalam tahap operasional konkret dalam aspek intelektualnya. Fase perkembangan ini (6-12 tahun) sebagai salah satu tahap progresif (0-21 tahun), memilki beberapaaspek penting yang menandai terjadinya transisi ke masa opersional konkret dari tahap praoperasional (4-6 tahun). Pada masa operasional pembelajaran sebaiknya dikenakan pada:
(1) perkembangan pengetahuan yang terkait dengan pengalaman dalam kehidupan keluarga dan gejala yang tampak nyata (observable phenomeon), bersifat holistik, dan dapat dilakukan melalui berbagai permainan dalam konteks Penjaskes;
(2) observasi dan manipulasi objek konkret, juga terkait dengan berbagai permainan konkret penjaskes;
(3) belajar dan melatih membaca, menulis, berhitung, serta ketrampilan dasar lainnya, yang diperoleh melalui berbagai permainan.
Pada masa transisi ke masa operasional konkret terjadilah perubahan yang amat signifikan dalam perkembangan anak yaitu ia peka untuk pembelajaran berdasarkan:
(1) pengembangan kemampuan membedakan berbagai aspek lingkungan yang penting, yang dapat dilakukan melaui berbagai permainan mencari persamaan kelompok benda yang disembunyikan untuk dilombakan yang paling cepat memperolehnya;
(2) koordinasi bentuk yang terpisah alam suatu keseluruhan yang lebih besar dan struktur kognitif menyatu serta dalam suatu operasional konkret, sekelompok anak disuruh membentuk lingkaran, segmen lingkaran, segitiga, dan jajar genjang;
(3) kemampuan berpikir berkenan dengan sebab-akibat maupun berkenan dengan akibat-sebab juga dilakukan melalui berbagai permainan yang dikombinasikan dengan berbagai ilmu lainnya (contohnya bidang IPA, seperti memainkan pergerakan bumi dan bulan, dan akibat terhadap bumi).
Pada masa operasional konkret kemampuan mental anak sudah mencapai kemampuan berpikir induktif dan deduktif. Berkaitan dengan perkembangan tersebut maka sebaiknya kurikulm belajar harus banyak memberikan latihan untuk menangkap, menghayati, dan mengalami keseluruhan ssuatu menuju bagiannya, berpikit tentang sebab-akibat dan akibat-sebab, membedakan sesuatu dari yang lain dalam mengembangkan konsep generalisasi.
Sebagaimana tadi telah digambarkan maka mengingat sifat holistik dari pengalaman dan perkembangan anak serta taraf praoperasional konkret yang dialaminya, maka kurikulum tersebut ditandai oleh keterkaitan inter dan antar bidang yang bersifat faktual konkret yang dialaminya, serta beranjak dari pengamatan berbagai objek nyata untuk dibandingkan, diklasifikasikan, dan dikategorikasikan. Pengembangan konsep beranjak dari berbagai latihan untuk pnghayatan pengalaman dan pemahaman konsep melalui berbagai kegiatan yang manipulatif (hands-on mind on-activities) kesemuanya sangat mungkin dilakukan dalam konteks penjaskes yang kemudian diteruskan dengan bebagai jenis latihan.
Untuk menghasilkan guru SD yang dapat membawa anak pada kemandirian yang dipersyaratkan untuk belajar berpikir dan belajar bagaimana seharusnya belajar itu to learn, how to learn mengahadapi berbagai tantangan masa depan.
Bahkan, lebih dari itu diharapkan bahwa motivasi untuk belajar melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi (SLTP) akan tergalakan karena anak akan senang (enjoy) belajar. Hal ini, disebabkan oleh keterlibatan emosional dan sosial itu, ia akan berprakarsa dan belajar aktif, sehingga ia tidak saja menjadi melek huruf melainkan juga melek pikir. Juga dalam arti fisik koordinasi bagian bagian badan sudah mulai mencapai kematangan. Namun, berbagai macam latihan Penjaskes yang baik sering diberikan bagi pembangunan bangsa, seperti kerjasama (teamwork), disiplin, fairness, akan menjadi ciri-ciri dari pembangunan manusia seutuhnya.
Kalau dalam segi mental berbagai pembelajaran ditandai hands-on mind on activities, maka dalam segi ini terjadi berbagai peluang untuk mewujudkan DAP yang serasi dan holistik dengan mengkombinasikan berbagai kegiatan Penjaskes dengan matapelajaran lainnya (Semiawan, 2008:121-123).
4. Pembelajaran Bola Voli untuk Sekolah Dasar
a. Pengertian permainan bola voli
Permainan bola voli merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup banyak penggemarnya dan dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang pesat. Permainan bola voli dimainkan oleh dua regu yang saling berhadapan dan masing-masing regu terdiri enam orang pemain. Permainan bola voli dilakukan dengan cara bola dipantulkan sebanyak-banyaknya tiga kali. Seperti dijelaskan dalam peraturan permainan bola voli edisi (2001-2004: 7) bahwa, “Tujuan dari permainan bola voli adalah melewatkan bola di atas net agar dapat jatuh menyentuh lantai lapangan lawan dan untuk mencegah usaha yang sama dari lawan. Setiap tim dapat memainkan tiga pantulan untuk mengembalikan bola (di luar perkenaan blok)”. Prinsip bermain bola voli adalah memainkan bola dengan memvoli (memukul dengan tangan) dan berusaha menjatuhkannya ke dalam permainan lapangan lawan dengan menyeberangkan bola lewat atas net atau jaring, dan mempertahankannya agar bola tidak jatuh di lapangan sendiri.
Permainan bola voli harus dilakukan dengan dipantulkan. Syarat pantulan bola harus sempurna tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Dari masing-masing tim dapat memantulkan bola sebanyak-banyaknya tiga kali dan setelah itu bola harus diseberangkan melewati net ke daerah permainan lawan. Untuk memantulkan bola dapat menggunakan seluruh tubuh.
b. Peralatan dan Lapangan Bola Voli
Dalam bermain bola voli, ada beberapa peralatan yang harus dipersiapkan sebelumnya, yaitu sebagai berikut. 
(1) Bola : Bola yang dipakai, biasanya terbuat dari kulit lunak dengan garis lingkar antara 25-27 inchi, dengan berat 8-9 ons.
(2) Kostum : Pada umumnya para pemain mengenakan pakaian olahraga yang longgar agar tidak mengganggu gerakan. Di dalam pertandingan, mereka mengenakan pakaian seragam masing-masing menurut pendiriannya. Tetapi sebagian besar terbuat dari bahan kaos dan celana pendek dengan sepatu karet untuk menjaga keseimbangan badan agar tidak mudah terguling.
(3) Perlengkapan : Selain kostum atau pakaian team yang harus dipakai, setiap pemain mempunyai tingkat kebugaran badan yang berbeda. Dalam hal ini perlu menggunakan perlengkapan, guna mendukung penampilan dan menghindari cedera dalam bermain voli. Adapun perlengkapan yang dapat digunakan oleh pemain voli adalah: (1) deker jari, (2) deker tangan, (3) deker kaki, (4) korset.
c. Macam-Macam Teknik Dasar Bermain Bola Voli
Syarat utama agar dapat bermain bola voli adalah menguasai teknik dasar bermain bola voli. Teknik dasar bola voli pada dasarnya merupakan suatu upaya seorang pemain untuk memainkan bola berdasarkan peraturan dalam permainan bola voli. Teknik dasar bola voli merupakan suatu gerakan yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam permainan bola voli. Teknik dalam permainan bola voli merupakan aktivitas jasmani yang menyangkut cara memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai peraturan permainan yang berlaku untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Adapun macam-macam teknik dasar bola voli menurut A. Sarumpaet dkk. (1992: 87) yaitu: “(1) passing atas, (2) passing bawah, (3) set-up (4) bermacam-macam service, (5) bermacam-macam smash (spike), (5) bermacam-macam block (bendungan)”. Sedangkan teknik dasar bermain bola voli menurut Suharno HP. (1991: 23) dibedakan menjadi dua yaitu: Teknik tanpa bola terdiri atas: (1) Sikap siap normal, (2) Pengambilan posisi yang tepat dan benar, (3) Langkah kaki gerak ke depan, ke belakang, ke samping kiri, ke samping kanan, (4) Langkah kaki untuk awalan smash dan block, (5) Guling ke samping , ke belakang, (6) Gerak meluncur, (7) Gerak tipuan.
Teknik dengan bola terdiri atas: (1) Servis untuk penyajian bola pertama, (2) Pass bawah untuk passing dan umpan bertahan, (3) Pass atas berguna untuk umpan dan passing, (4) Umpan untuk menyajikan bola ke smasher, (5) Smash untuk menyerang/mematikan lawan, (6) Block, pertahanan di net. Teknik dasar bermain bola voli pada prinsipnya terdiri dua macam yaitu, teknik tanpa bola dan teknik dengan bola. Teknik tanpa bola berupa gerakan-gerakan khusus yang mendukung teknik dengan bola, sedangkan teknik dengan bola adalah cara memainkan bola dengan anggota badan secara efektif dan efisien sesuai dengan peraturan yang berlaku. Teknik tanpa bola dan teknik dengan bola merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam bermain bola voli. Keterkaitan antara teknik tanpa bola dan teknik dengan bola didasarkan kebutuhan dalam permainan.
d. Pentingnya Menguasai Teknik Dasar Bola Voli
Hal yang mendasar dan harus dikuasai agar dapat bermain bola voli adalah menguasai macam-macam teknik dasar bola voli. Tanpa menguasai teknik dasar bola voli tidak mungkin mencapai prestasi bola voli yang optimal. Penguasaan teknik dasar bola voli merupakan unsur yang sangat mendasar untuk mencapai prestasi bola voli, selain faktor fisik, taktik dan mental. Teknik dasar bola voli merupakan faktor utama yang harus dikembangkan melalui latihan yang baik dan teratur.
Teknik dasar permainan bola voli merupakan suatu proses gerak tubuh yang dibuktikan dengan praktek yang dilakukan dengan sebaik mungkin dalam arti efektif dan efisien untuk menyelesaikan tugas yang pasti guna mencapai hasil yang baik dalam permainan bola voli. Teknik permainan bola voli merupakan aktivitas jasmani yang menyangkut cara memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku untuk mencapai suatu hasil yang optimal.
Penguasaan teknik dasar bermain bola voli mempunyai peran penting dalam usaha mencapai prestasi yang optimal. Seorang pemain yang menguasai teknik dasar bola voli dengan baik akan mendukung penampilannya baik secara individu maupun secara kolektif. penguasaan Teknik dasar bola voli mempunyai peran penting baik secara individual maupun secara kolektif dalam bermain bola voli di samping faktor fisik, taktik dan mental. Dengan menguasai teknik dasar bola voli akan mendukung penampilan seorang pemain lebih baik, dan secara kolektif dapat mempengaruhi menang atau kalahnya sutau tim dalam pertandingan.
e. Permainan Bola Voli Mini
Permainan bola voli mini merupakan suatu bentuk permainan bola voli yang dimainkan di lapangan yang kecil, ukuran lapangan, tinggi net dan jumlah pemain tidak seperti pada permainan bola voli standar. Permainan bola voli mini adalah permainan bola voli yang dimainkan di atas lapangan kecil dengan empat pemain tiap-tiap tim dan mempergunakan peraturan sederhana. Adapun ukuran panjang lapangan 12 m, lebar 6 m, tinggi net untuk putra 2,10 m, untuk putri 2 m. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, permainan bola voli mini merupakan permainan bola voli dengan ukuran lapangan permainan yang lebih kecil dibandingkan dengan lapangan permainan standart. Selain itu, ketinggian net dan ukuran berat bola juga berbeda. Untuk dapat bermain bola voli mini dengan baik, maka harus menguasai macam-macam teknik dasar bola voli.

Gambar 2.1 Lapangan Bola Voli
Bola voli adalah permainan yang sederhana tapi susah dipelajari. Oleh karenanya kita perlu menyesuaikan cara mengajar bagi para pemula. Bola voli mini menyajikan sejenis bola voli yang diselaraskan dengan kebutuhan dan kapasitas anak-anak usia 9 sampai 12 tahun, sejalan dengan prinsip mengajar yang baik.
Bila anak-anak mempelajari teknik bola voli, mereka membutuhkan praktek yang sering. Dalam permainan 6 orang jumlah sentuhan bola selama bermain bagi setiap anak tidak akan mencukui demi pengembangan yang pesat. Tingkat ketrampilan dan kemampuan fisik pada tahap awal belajar bola voli tidaklah cukup memadai untuk bisa melangsungkan satu pertandingan. Bola rally akan cepat mati dan para pemainnya pun jadi bosan. Bola voli mini adalah cara terbaik untuk mempelajari ketrampilan dasar. Dengan cara ini tiap pemain lebih banyak menyentuh bola dan ukuran tempat bermain lebih kecil. Dengan bermain bola voli mini anak-anak akan memperoleh kemampuan pokok bagi olahraga seperti: ketangkasan, ketrampilan, kemampuan melompat, tanggapan yang cepat serta mereka bisa mempelajari itu semua sewaktu mereka memainkannya.
f. Servis Bawah Bola Voli (Underhand)
a. Fungsi Servis Bawah dalam Permainan Bola Voli
Teknik dasar servis dalam permainan bola voli terus berkembang. Pada awalnya servis merupakan penyajian bola pertama sebagai tanda dimulainya permainan. Seiring dengan perkembangan permainan bola voli dan penerapan taktik dan strategi permainan bola voli, pukulan servis memiliki fungsi ganda yaitu sebagai tanda dimulainya permainan dan sebagai serangan pertama bagi regu yang melakukan servis. servis dalam permainan bola voli merupakan tanda dimulainya permainan dan berfungsi sebagai serangan pertama untuk mendapatkan point bagi regu yang mendapat kesempatan servis. 
Dengan sistem penilaian rellypoint, maka servis mempunyai pengaruh besar terhadap jalannya seluruh permainan. Tetapi kegagalan servis juga menguntungkan pihak lawan, yaitu bola berpindah dan lawan mendapatkan angka. Oleh karena itu, dalam melakukan servis hendaknya lebih berhati-hati agar bola dapat masuk ke daerah permainan lawan dan lawan sulit untuk menerimanya. Kunci keberhasilan pukulan servis yaitu bola dapat menyeberang melewati net, laju bola sulit diantisipasi lawan dan diarahkan pada titik kelemahan lawan. Kemampuan seorang pemain melakukan pukulan servis yang sulit atau mengarahkan pada titik kelemahan lawan, maka akan menyulitkan lawan untuk menerimanya atau bahkan lawan langsung mati.
b. Teknik Servis Bawah
Berdasarkan cara pelaksanaannya, servis bola voli dibedakan menjadi dua yaitu servis tangan bawah (underhand service) dan servis atas (overhead service). Servis bawah merupakan bentuk servis yang sederhana dan tujuan servis bawah biasanya hanya sekedar menyeberangkan bola ke daerah permainan lawan. Servis bawah kurang memiliki efektivitas untuk melakukan serangan, jika dibandingkan dengan servis atas. Hal ini karena, servis bawah tidak mungkin dapat mempercepat laju bola, sehingga lawan mudah untuk menerimanya. kelemahan servis tangan bawah adalah mudah diterima dan lintasannya melambung tinggi sehingga mudah diantisipasi lawan. 
Berdasarkan macamnya servis bawah dibedakan menjadi beberapa macam. 
Amung Ma’mum dan Toto Subroto (2001: 62) mengelompokkan jenis servis bawah yaitu, “Servis pangkal lengan, servis arah luar, servis arah dalam, servis menyamping, servis bola melayang dan servis tinju”. Berdasarkan macam-macam jenis servis bawah tersebut, maka membelajarkan servis bawah bagi siswa pemula adalah langkah yang harus dilakukan untuk menuju pada permainan yang menuntut keterampilan servis yang baik agar nantinya siswa mampu melakukan servis sebagai serangan. Oleh karena itu, dalam melakukan servis hendaknya berhati-hati. Hal ini karena sistem penilaian permainan bola voli yaitu relly point, maka kegagalan servis merupakan keuntungan bagi pihak lawan. Oleh karena itu, bagi tim yang mendapat kesempatan servis harus mampu dimanfaatkan seoptimal mungkin.
Ketepatan dan keakuratan penempatan bola dalam melakukan servis merupakan hal penting untuk memperoleh hasil servis yang optimal. Apabila pemain mampu mengarahkan servisnya ke tempat yang tidak dijaga atau pemain yang paling lemah, maka servis akan berhasil dengan baik. Hal ini karena, lawan tidak mempunyai kesempatan menyusun serangan karena servis yang tidak sempurna atau bahkan lawan langsung mati.
c. Mekanika Gerakan Servis Bawah Bola Voli
Keberhasilan servis bawah tidak terlepas dari penguasaan teknik yang baik dan benar. Teknik yang benar akan menghasilkan pukulan servis yang baik dan efektif. Sedangkan kesalahan teknik servis adalah sebuah kegagalan, sehingga akan menguntungkan pihak lawan. Berkaitan dengan teknik servis bawah, M. Yunus (1992: 68) mengelompokkan teknik servis bawah terdiri tiga bagian yaitu, “(1) sikap permulaan, (2) gerakan pelaksanaan dan (3) gerak lanjut”. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik servis bawah bola voli terdiri tiga bagian yaitu sikap permulaan, gerakan pelaksanaan dan gerak lanjut. Dari ketiga teknik tersebut harus dirangkaikan dalam satu gerakan yang utuh dan harmonis. Untuk lebih jelasnya berikut ini diuraikan teknik pelaksanaan servis bawah sebagai berikut:
1) Sikap Permulaan : Sikap permulaan servis bawah yaitu: berdiri di daerah servis menghadap ke lapangan, bagi yang tidak kidal kaki kiri di depan dan bagi yang kidal sebaliknya. Bola dipegang pada tangan kiri, tangan kanan boleh menggenggam atau dengan telapak tangan terbuka, lutut agak ditekuk sedikit dan berat badan berada di tengah.
2) Gerakan Pelaksanaan : Gerakan pelaksanaan servis bawah yaitu: bola dilambungkan di depan pundak kanan, setinggi 10 sampai 20 cm dan pada saat yang bersamaan tangan kanan ditarik ke belakang, kemudian diayunkan ke arah depan atas dan mengenai bagian belakang bawah bola.
3) Gerak Lanjut (Followthrough) : Gerak lanjut dari pukulan servis bawah yaitu: setelah memukul bola diikuti dengan memindahkan berat badan ke depan, dengan melangkahkan kaki kanan ke depan dan segera masuk ke lapangan untuk mengambil posisi dengan sikap siap normal, siap untuk menerima pengembalian atau serangan dari pihak lawan.
d. Kesalahan yang Sering Terjadi dalam Servis Bawah
Servis bawah merupakan jenis servis yang paling mudah jika dibandingkan dengan servis atas. Namun demikian tidak menutup kemungkinan bagi siswa pemula seringkali melakukan kesalahan. Kesalahan dalam teknik gerakan servis bawah mengakibatkan servis bawah menjadi gagal.

Tabel 2.1 Kesalahan dalam Servis Bawah
Kesalahan-kesalahan dan cara memperbaiki gerakan servis bawah tersebut harus dipahami oleh seorang guru. Kesalahan yang sering dilakukan siswa harus segera dibetulkan. Kesalahan yang dibiarkan akan mengakibatkan pola gerakan menjadi salah, sehingga gerakan tidak efektif dan tidak sesuai seperti yang diharapkan.
5. Anatomi Gerak
Gerak dasar adalah kemampuan untuk melakukan gerakan secara efektif dan efisien yang merupakan perwujudan dari kualitas koordinasi dan kontrol tubuh dalam melakukan gerakan yang diperoleh melalui proses belajar yaitu dengan kesadaran berfikir akan benar.
Pada usia ini, otot-otot lebih berkembang, anak merasa sudah besar (dewasa) dalam kegiatan fisik tetapi masih menyukai permainan yang sifatnya aktif. Perkembangan ototnya tidak sesuai dengan kemampuan otot, artinya anak-anak usia ini kekuatan ototnya kurang sesuai disbanding dengan besar tubuhnya.
Kemampuan fisik anak laki-laki sudah mulai dapat dibedakan dengan anak perempuan. Dengan semakin meningkat kemampuan fisik, reaksi serta koordinasi gerakan maka mereka telah mengerti tentang olahraga yang bersifat kompetitif (Samsudin, 2008:1.16).
Pada gerakan lempar, otot-otot yang bekerja adalah otot rangka yang berada pada lengan, yaitu otot bisep dan trisep (Taufiq H, 2003:16). Lemparan dihasilkan dari kontraksi otot-otot tersebut. Kontraksi dapat diterjemahkan dengan tegangan atau pengerahan kekuatan yang dihasilkan oleh serabut-serabut otot. Sebenarnya  kontraksi otot itu tidak lain adalah suatu proses pengubahan dari energi kimia menjadi mekanis yang panas. Proses ini disebut proses vegetatif dan merupakan proses yang sangat penting dalam kerja otot.
Arah dari suatu gerakan tergantung dari arah yang dikerahkan oleh kekuatan yang bersangkutan. Sebuah benda yang dalam keadaan diam akan bergerak kearah kanan bila ada kekuatan yang menariknya dari sebelah kanan. Efek dari kekuatan selalu sesuai dengan arah dari bekerjanya kekuatan tersebut.
Kontraksi otot ada dua macam, yaitu isometris dan isotonis. Kontraksi ini terjadi dimana tidak nampak adanya pemendekan otot atau pemendekannya terjadi dengan pelan sekali. Bila bebannya berat sekali umumnya terjadi kontraksi isometris. Panjang otot tetap dan tegangannya yang optimal juga tetap. Sedangkan kontraksi isotonis adalah antitese dari kontraksi isometris. Kalau isometris panjang otot tetap, pada isotonis tegangannya tetap, sedang panjangnya berubah.
a. Perkembangan Kemampuan Fisik dan Gerak
Sejalan dengan bertambahnya usia, serta makin tinggi dan besar maka kemampuan fisik juga meningkat. Klasifikasi karakteristik siswa kelas V SD (usia 10-11 tahun) adalah sebagai berikut:
(1) Perkembangan kekuatan: perkembangan jaringan otot mulai cepat sehingga kekuatan anak meningkat. 
(2) Perkembangan kelentukan: peningkatan kelentukan dialami sampai usia 12 tahun, kelentukan pergelangan kaki konstan untuk semua umur, dan penurunan secara umum terjadi pada bagian paha, lutut, dan bahu.
(3) Perkembangan keseimbangan: anak mengalami peningkatan keseimbangan pada usia 6-16 tahun, anak laki-laki mulai 7-10 tahun dan anak perempuan mulai usia 8-10 tahun. 
(4) Perkembangan koordinasi gerak: kemampuan koordinasi secara umum antara anak laki-laki dan perempuan pada usia ini tidak berbeda. 
(5) Perkembangan penguasaan gerak : penguasaan gerak lebih kompleks, tetapi kurang bertenaga, antara lain gerakan dengan mekanika tubuh yang lebih efisien, gerakan semakin lancar, dan pola atau bentuk gerakan makin bervariasi.
b. Jenis Aktivitas Fisik yang Sesuai dengan Anak Usia 10-11 Tahun Jenis aktivitas fisik dan olahraga yang sesuai dengan usia 10-11 tahun adalah sebagai berikut.
(1) Aktivitas dengan melibatkan otot-otot besar (lompat, lari, lempar, senam, permainan)
(2) Aktivitas dengan mengubah arah dan tempo lari (agilitas) 
(3) Pengembangan koordinasi lempar, lompat, skill (keterampilan) cabang olahraga
(4) Permainan dengan lawan bermain untuk menyalurkan naluri bersaing (perlu pembinaan dalam sportivitas, kerjasama, dan kepemimpinan)
(5) Perkembangan skill menendang dan juga permainan dengan bola voli dan basket dengan peraturan sederhana 
(6) Permainan kasti dan sejenisnya dengan menggunakan bola kecil 
(7) Memukul bola/shuttlecock dengan raket yang lebih ringan
(8) Mempelajari gaya renang baru
(9) Bentuk-bentuk latihan bergulat yang sederhana (hanya laki-laki)
(10) Atletik: lari, lompat, lempar, sprint 30-40 m, lompat jauh awalan, belajar lompat tinggi gaya gunting, estafet sederhana, lempar lomba dengan jarak 
(11) Cabang olahraga: atletik, sepak bola, bola misi, panahan, pencak silat, anggar, bulutangkis, tenis.
6. Model Pembelajaran Servis Bawah Secara Bertahap
a. Pengertian Model Pembelajaran Secara Bertahap
Latihan secara bertahap merupakan bentuk latihan keterampilan yang dilakukan secara bertahap dari keterampilan yang dipelajari. Bentuk keterampilan yang dipelajari dipilah-pilah ke dalam bentuk gerakan yang lebih mudah dan sederhana. Latihan secara bertahap merupakan cara pendekatan dimana mula-mula siswa diarahkan untuk mempraktekkan secara bertahap dari keseluruhan rangkaian gerakan, dan setelah bagian-bagian gerakan dikuasai baru mempraktekkannya secara keseluruhan (Semiawan, 2008:34).
Pembelajaran latihan secara bertahap atau disebut dengan metode latihan terdistribusi progresif (distributed progressive) merupakan prosedur dan cara-cara pemilihan latihan dan penataan menurut kadar kesulitan dan kompleksitas. Di dalam pembelajaran latihan secara bertahap ini guru berusaha untuk mengarahkan dan mengorganisir latihan sesuai dengan tujuannya demi kesuksesan proses pembelajaran. Tahap demi tahap diajarkan atau diberika guna penguasaan materi yang lebih maksimal. Diharapkan dari adanya pembelajaran latihan secara bertahap, pemberian materi dapat terserap sempurna oleh peserta didik (Semiawan, 2008:55).
b. Model pembelajaran secara bertahap dengan Jarak 3 sampai 6 Meter pada Permainan Bola Voli Mini
Pembelajaran latihan secara bertahap pada peningkatan keterampilan teknik servis bola voli ada beberapa macam. Misalnya model pembelajaran secara bertahap dengan jarak 3 sampai 6 meter pada permainan bola voli mini. Peserta didik diminta untuk melakukan servis bawah dengan jarak titik servis secara bertahap. Dimulai dari titik berjarak 3 meter dari garis tengah, setelah peserta didik melakukan 10 kali servis bawah ke daerah lawan, kemudian ditambah 1 meter ke belakang, dan seterusnya sampai jarak titik servis ke garis tengah sejauh 6 meter. Di sini diharapkan ketika peserta didik dapat secara sempurna menerapkan teknik servis bawah dan dapat mengenai sasaran tepat tanpa keluar lapangan di daerah lawan, peserta didik dapat mencoba dengan jarak lebih jauh 4 meter sampai 6 meter dari garis tengah dengan teknik yang benar.

B. Kerangka Berfikir
Olahraga bola voli merupakan salah satu cabang olahraga yang memegang peran penting dalam perkembangan olahraga dan merupakan salah satu olahraga yang dianjurkan disekolah dasar. Pembelajaran bola voli salah satunya di tingkat sekolah dasar berbeda dengan sekolah yang lebih tinggi. Secara fisik dan emosi siswa sekolah dasar yang masih dalam taraf pertumbuhan. Maka dari itu pembelajaran bola voli di tingkat sekolah dasar menggunakan permainan bola voli mini. Selama ini metode pembelajaran yang diterapkan pendidik untuk mempelajari bola voli terkesan belum mampu untuk meningkatkan kemampuan pemahamaan mengenai teknik-teknik dalam permainan bola voli.
Salah satu pembelajaran bola voli yang berorientasi pada pengalaman sehari-hari dan menerapkan bola voli dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan pendekatan bermain. Jenis bermain dalam bola voli tinggi pada servis bawah dengan menggunakan model pembelajaran secara bertahap. Servis bawah pada bola voli secara bertahap bisa meningkatkan fisik, ketrampilan dan meningkatkan daya ayun otot lengan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar servis bawah pada permainan bola voli. 
Berdasarkan pemikiran tersebut penulis merancang pelaksanaan pembelajaran yang akan dibutuhkan sebagai pengamatan dalam mengetahui tingkat perkembangan dan keberhasilan dari permainan yang diterapkan. Yang mana pembukuan tersebut adalah perwujudan penulisan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang penulis lakukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar ssiswa kelas V SD .........., Kecamatan ........., Kabupaten ......... tahun pelajaran 2012/2013.

Gambar 2.7 Skema Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 2006 : 71). Berdasarkan kajian teoritis di atas, hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan sebuah tahapan pada servis bawah permainan bola voli mini dapat meningkatkan hasil belajar peningkatan servis bawah permainan bola voli pada siswa kelas V SD .........., Kecamatan ........., Kabupaten ......... tahun pelajaran 2012/2013.



BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Upaya Peningkatan Kemampuan Servis Bawah Pada Permainan Bola Voli Mini Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Secara Bertahap Pada siswa kelas V SD .........., Kecamatan ........., Kabupaten ......... tahun pelajaran 2012/2013 yang beralamat di Jl....... Kecamatan ..... Kabupaten ........ 
Alasan dilaksanakan di SD tersebut berdasarkan kepada beberapa pertimbangan salah satunya karena peneliti bertugas di sekolah tersebut sehingga peneliti lebih memahami keadaan sekolah, karakteristik siswa termasuk pembelajaran yang berlangsung

2. Waktu
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama tiga bulan dimulai pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2013. Adapun untuk lebih jelas jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
No Nama Kegiatan Pelaksanaan
1 Persiapan 15 Januari – 31 Januari 2013
2 Siklus I Selasa, 5 Februari 2013
3 Siklus II Selasa, 12 Februari 2013
4 Analisa Data 13 – 19 Februari  2013
5 Penyusunan Laporan 20 Februari – 26 Maret 2013

B. Subjek Penelitian
Subyek penelitian pada Upaya Peningkatan Kemampuan Servis Bawah Pada Permainan Bola Voli Mini Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Secara Bertahap Pada siswa kelas V SD .........., Kecamatan ........., Kabupaten ......... tahun pelajaran 2012/2013 pada semester II (genap) dengan jumlah 30 siswa yang terdiri 16 siswa putra dan 14 siswa putri. Semua siswa dalam kondisi normal dan berasal dari latar belakang yang berbeda-beda serta dari kalangan ekonomi yang beragam.

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari hasil observasi dan pengamatan teman sejawat, serta dari tes hasil belajar siswa. Alat yang digunakan untuk menjaring data tersebut dengan memakai lembar pengamatan dan daftar nilai hasil belajar, ini dilakukan untuk memperoleh data tentang perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Alat bantu tersebut digunakan untuk menganalisis dan merefleksi tindakan pembelajaran yang akan dijadikan bahan perbaikan pada tindakan berikutnya, sehingga diharapkan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih meningkat.

D. Indikator KKM
Penelitian ini dikatakan berhasil jika indikator keberhasilan penelitian dapat terlampaui.
Tabel 3.2 Indikator Keberhasilan Penelitian
No Indikator Prasiklus Siklus I Siklus II
1 Prosentase Ketuntasan Klasikal 53,33% 63,33% 86,67%

E. Teknik Analisis Data
Analisis yang dilakukan secara deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi terhadap efektivitas pembelajaran dan hasil belajar, dengan langkah sebagai berikut :
1. Melakukan Reduksi, yaitu mengecek dan mencatat kembali data-data yang dikumpulkan.
2. Melakukan Interpretasi, yaitu menafsirkan yang dirumuskan dalam pernyataan.
3. Melakukan Inferensi, yaitu menyimpulkan apakah dalam pembelajaran ini mengalami peningkatan.
4. Tahap tindak lanjut yaitu merumuskan langkah perbaikan siklus
5. Pengambilan kesimpulan.
Ada dua variable yang akan diungkapkan dalam penelitian ini yaitu :
1. Variabel kemampuan siswa melakukan teknik dasar bola voli servis bawah tanpa menggunakan model pembelajaran secara bertahap.
2. Variabel kemampuan siswa melakukan teknik dasar bola voli servis bawah dengan melalui model pembelajaran secara bertahap.
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus tindakan. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang diselidiki. Mula-mula guru mengidentifikasi permasalahan kelas dengan melakukan observasi awal pada hasil belajar siswa pada materi bola voli khususnya servis bawah. Setelah merumuskan masalah berupa rendahnya hasil belajar siswa pada materi servis bawah, dilakukan siklus tindakan yang meliputi: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (action), (3) observasi (observation), dan (4) refleksi (reflection). Pada fase refleksi siklus pertama, guru menganalisis proses tindakan pada siklus pertama dan memperbaiki hal-hal yang kurang tepat untuk diatur ulang pada fase perencanaan di siklus kedua. Prosedur kerja tersebut secara garis besar dapat digambarkan dalam skema berikut:

F. Prosedur Penelitian
Gambar 3.1 Rencana Alur Penelitian

Proses pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, satu siklus adalah satu kali pembelajaran. Pelaksanaan diawali dengan perencanaan, tindakan, observasi kemudian dilanjutkan dengan refleksi pada setiap siklus. Secara rinci, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Perencanaan melakukan observasi
Melakukan kegiatan observasi di kelas V bidang studi Penjaskes semester genap materi bola voli servis bawah . Menetapkan siklus tindakan dengan fokus tindakannya, siklus pertama sampai siklus kedua menetapkan satu fokus tindakan. Satu siklus terdiri dari satu kali pembelajaran. Kemudian menyusun sekenario pembelajaran (RPP) beserta perangkatnya (Lembar penilaian kinerja siswa, lembar penilaian kinerja guru). Juga menyediakan media pembelajaran, alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Guru (peneliti) melaksanakan tindakan pada proses pembelajaran Penjaskes sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. Pelaksanaan tindakan ini disertai dengan observasi dengan melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa selama berlangsungnya proses pelaksanaan tindakan. Selain oleh peneliti pengamatan dilakukan oleh teman sejawat peneliti mitra yang sama-sama menjadi guru. Tugas peneliti mitra adalah mencatat semua yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran, terutama kendala yang timbul dari siswa ataupun dari guru (peneliti) yang dijumpai selama proses tindakan berlangsung.



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal
Hasil penelitian ini meliputi hasil tes dan nontes yang diperoleh selama penelitian berlangsung. Hasil tes terbagi atas tiga bagian, yaitu pretest, siklus I dan siklus II berupa peningkatan kemampuan servis bawah pada permainan bola voli mini dengan metode secara bertahap pada siswa kelas V SD .........., Kecamatan ........., Kabupaten ......... tahun pelajaran 2012/2013.
Hasil tes pretest merupakan hasil belajar siswa kelas V SD kelas V SD .........., pada permainan bola voli mini materi pokok servis bawah berjarak 6 meter yang belum diberi tindakan. Tes pretest ini merupakan tes praktek yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan awal siswa kelas V SD .........., Kecamatan ........., Kabupaten ......... tahun pelajaran 2012/2013.
Berdasarkan hasil tes pretest tersebut, kemampuan servis bawah siswa kelas V SD .........., Kecamatan ........., Kabupaten ......... tahun pelajaran 2012/2013 permainan bola voli mini berjarak 6 meter masih tergolong kurang. Hal ini ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Hasil Pretest

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan secara klasikal hanya mencapai 53,33% sedangkan selebihnya 46,67% siswa belum tuntas pada pokok bahasan ini. Dengan demikian, tingkat ketuntasan belajar secara klasikal belum mencapai 80% dari keseluruhan siswa.

B. Deskripsi Siklus I
1. Hasil Tes Kemampuan Servis Bawah Siklus I
Siklus I merupakan tindakan awal dengan pembelajaran bertahap yaitu bejarak 3 meter dan 4 meter. Tindakan siklus I ini dilaksanakan sebagai upaya untuk memperbaiki dan memperkenalkan materi servis bawah pada permainan bola voli mini. Penerapan teknik bertahap diharapkan dapat meningkatkan aktivitas, kreativitas, efektivitas, kerjasama dan antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran karena siswa dituntut untuk terbiasa dalam melakukan servis bawah secara bertahap pada jarak yang telah ditentukan. Data hasil tindakan siklus I terdiri atas data hasil tes, data nontes, dan dokumentasi. 
Hasil tes siklus I siswa kelas V SD .........., Kecamatan ........., Kabupaten ......... tahun pelajaran 2012/2013 berdasarkan ketuntasan belajar adalah sebagai berikut.
Tabel 4.2
Hasil Tes Siklus 1

Berdasarkan tabel 4.2, tingkat ketuntasan belajar meningkat bila dibandingkan dengan hasil pretest. Tingkat ketuntasan belajar secara klasikal belum mencapai 80% dari keseluruhan siswa. Banyaknya siswa yang tuntas sebanyak 19 siswa atau 63,33% sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 11 siswa atau 36,67%.

Pada siklus I, siswa belum sepenuhnya memahami apa yang dimaksudkan teknik pembelajaran bertahap. Sebagian besar siswa masih bercanda dan belum serius saat melakukan servis bawah. Hal ini dapat diperjelas pada hasil non tes siklus I.
2. Hasil Nontes Siklus I
a. Hasil Angket Siswa
Salah satu hasil nontes siklus I, tingkat partisipasi siswa terhadap pembelajaran bola voli mini ditunjukkan melalui hasil angket siswa. Tingkat atensi siswa pada siklus I disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.3 Angket Siswa pada Siklus I

Berdasarkan tabel 4.3, diketahui bahwa siswa masih belum memiliki ketertarikan terhadap permainan bola voli. Hal ini dapat dilihat dari persentase sebesar 77% dari keseluruhan siswa. Artinya siswa masih belum memiliki moivasi yang tinggi dalam melakukan servis bawah dengan baik. Bedasarkan kekurangan pada siklus I dilakukan perencanaan ulang guna melaksanakan perbaikan di tindakan siklus II.a
b. Hasil Observasi Keaktifan Siswa
Berdasarkan hasil observasi, diperoleh tingkat partisipasi siswa sebesar 76,67%. Pengamatan keaktifan siswa meliputi memperhatikan penjelasan dan instruksi, bertanya dan menggapi, antusiasme, kesigapan dan fokus belajar siswa, dan kerjasama. Selama proses pembelajaran, penegasan yang diberikan oleh guru membantu siswa lain dalam memahami materi yang disampaikan. Selain memberikan penegasan, guru juga memberikan instruksi untuk melakukan servis.
Guru, walaupun hanya memberi penegasan di sela-sela instruksi tetap memberikan peragaan dalam melakukan servis bawah. Setelah dilakukan observasi dengan teman sejawat, guru merefleksikan diri terhadap pembelajaran yang terjadi pada siklus I. Siswa masih belum memiliki motivasi tinggi dalam melakukan servis bawah. Hal ini menjadi tugas guru untuk melakukan perbaikan pada siklus II dengan memberikan tantangan yang lebih tinggi, sehingga siswa tertarik dalam melakukan teknik servis bawah pada pemainan bola voli mini. Adapun data lebih lengkap disajikan pada lampiran.
c. Hasil Telaah Jurnal
Pada siklus I materi yang disampaikan adalah materi servis bawah melalui pembelajaran secara bertahap. Siswa dapat mengikuti proses pembelajaran sampai akhir dengan baik. Siswa antusias terhadap materi yang disampaikan karena permainan bola voli mini merupakan permainan yang sering dilakukan oleh siswa. Akan tetapi bedasarkan post-test yang diberika yaitu penguasaan teknik servis bawah bola voli mini berjarak 6 meter memiliki perbedaan signifikan terhadap kegiatan pembelajaran yang hanya berjarak 3 meter maupun 4 meter. Selain itu, dengan menggunakan metode bertahap, siswa cenderung kaget dalam melakukan servis bawah. Dalam melakukan teknik servis bawah beberapa kendala yang dialami oleh peneliti antara lain sebagai berikut.
1) Penyampaian materi
Siswa merupakan murid kelas V SD sehingga perlu adanya peragaan secara kongkret dan perlu adanya kesempatan bagi siswa secara individu untuk mempraktekan teknik servis bawah-nya secara langsung.
2) Perhatian siswa masih kurang
3) Siswa sering bercanda untuk melakukan teknik servis bawah.
4) Peralatan minim, melihat banyaknya bola yang tidak sama dengan banyaknya 
pasangan siswa dalam melakukan teknik servis bawah.
C. Deskripsi Siklus II
1. Hasil Tes Kemampuan Servis bawah Siklus II
Siklus II merupakan tindakan perbaikan dari siklus sebelumnya, tetapi terdapat evaluasi yang dilakukan oleh guru maupun siswa ketika melakukan servis bawah. Pada siklus II ini, materi servis bawah menggunakan jarak 5 meter dan 6 meter yang berbeda dan disesuaikan dengan siklus I. Karena pada siklus I dinilai kurang optimal, guru memberikan pengarahan kembali secara detail kepada siswa mengenai teknik servis secara individu. Pada siklus II terlihat peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes yang dilakukan pada siklus II. Tingkat ketuntasan belajar siswa pada siklus II disajikan pada tabel berikut .
Tabel 4.4
Hasil Tes Siklus 2

Berdasakan tabel 4.4, banyaknya siswa yang tuntas belajar adalah 86,67%. Hal ini tidak terlepas dari hasil perbaikan siklus I. Siswa benar-benar sudah memahami apa yang disampaikan guru dalam evaluasi siklus I. Hasil tes ini didukung dengan hasil dokumentasi yang menunjukkan keseriusan siswa dalam melakukan teknik servis bawah secara individu.
2. Hasil Nontes Kemampuan Servis bawah Siswa pada Siklus II
a. Hasil Angket Siswa
Salah satu hasil nontes siklus I, tingkat partisipasi siswa terhadap pembelajaran bola voli mini ditunjukkan melalui hasil angket siswa. Tingkat atensi siswa pada siklus I disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.5
Angket Siswa pada Siklus 2
Berdasarkan tabel 4.5, diketahui bahwa siswa muali memiliki ketertarikan terhadap permainan bola voli. Hal ini dapat dilihat dari persentase sebesar 82% dari keseluruhan siswa. Artinya siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam melakukan servis bawah dengan baik. Sehingga, tingkat ketuntasan siswa dalam melakukan servis bawah mencapai ketuntasan minimal sebesar 80% sesuai dengan hasil tes pada siklus II.
b. Hasil Observasi Keaktifan Siswa
Berdasarkan hasil observasi, diperoleh tingkat partisipasi siswa sebesar 81,33%. Pengamatan keaktifan siswa meliputi memperhatikan penjelasan dan instruksi, bertanya dan menggapi, antusiasme, kesigapan dan fokus belajar siswa, dan kerjasama. Selama proses pembelajaran, penegasan yang diberikan oleh guru membantu siswa lain dalam memahami materi yang disampaikan. Selain memberikan penegasan, guru juga memberikan instruksi untuk melakukan servis. Guru, walaupun hanya memberi penegasan di sela-sela instruksi tetap memberikan peragaan dalam melakukan servis bawah. Sehingga bedasarkan hasil tes servis bawah siswa mencapai ketuntasan minimal yaitu 80% dari keseluruhan banyaknya siswa.
c. Telaah Jurnal
Pada siklus II servis bawah dilakukan dengan bertahap yaitu berjarak 5 meter kemudian 6 meter. Siswa antusias terhadap materi yang disampaikan. Selain itu, dengan menggunakan metode bertahap, siswa dituntut untuk terbiasa melakukan servis bawah. Kendala yang dialami pada siklus 1 diminimalisir dan dicari solusi dai permasalahan tersebut. Berikut penjabaran kendala yang dialami oleh peneliti pada siklus 2.
Tabel 4.6 Kendala Siklus I dan Alternatif Solusi Pada Siklus II

Sebagaimana telah digambarkan maka mengingat sifat holistik dari pengalaman dan perkembangan anak serta taraf praoperasional konkret yang dialaminya, maka pembelajaran tersebut ditandai oleh keterkaitan inter dan antar bidang yang bersifat faktual konkret yang dialaminya, serta beranjak dari pengamatan berbagai objek nyata untuk dibandingkan, diklasifikasikan, dan dikategorikasikan. Pengembangan konsep beranjak dari berbagai latihan untuk pnghayatan pengalaman dan pemahaman konsep melalui berbagai kegiatan yang manipulatif (hands-on mind on-activities) kesemuanya sangat mungkin dilakukan dalam konteks penjaskes yang kemudian diteruskan dengan bebagai jenis latihan.

D. Pembahasan Antar Siklus
Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa hasil pretest siswa kelas V pada permainan bola voli materi servis bawah belum mencapai ketuntasan yang diharapkan. Hanya 53,33% siswa yang mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan. Hal ini dikarenakan siswa belum mendapatkan pembelajaran mengenai materi tersebut dan guru hanya ingin menjajaki seberapa jauh modal yang dimiliki oleh siswa dalam mengikuti pembelajaran olahraga pada permainan bola voli. Dalam penelitian ini, guru memilih untuk menerapkan metode bertahap untuk meningkatkan kemampuan servis bawah siswa tersebut. 
Pada siklus I, guru menerapkan metode bertahap dimana siswa dikondisikan untuk melakukan servis bawah sesuai dengan instruksi dari guru dengan jarak yang ditentukan yaitu 3 meter maupun 4 meter. Latihan secara bertahap merupakan bentuk latihan keterampilan yang dilakukan secara bertahap dari keterampilan yang dipelajari. Bentuk keterampilan yang dipelajari dipilah-pilah ke dalam bentuk gerakan yang lebih mudah dan sederhana. Latihan secara bertahap merupakan cara pendekatan dimana mula-mula siswa diarahkan untuk mempraktekkan secara bertahap dari keseluruhan rangkaian gerakan, dan setelah bagian-bagian gerakan dikuasai baru mempraktekkannya secara keseluruhan.
Strategi metode mengajar yang saling melengkapi ini akan menghasilkan hasil pengajaran yang lebih daripada penggunaan satu metode. Penggunaan metode akan menghasilkan kemampuan yang sesuai dengan karakteristik metode tersebut.
Hasil tes pada siklus I menunjukkan persentase yang belum lebih baik dibandingkan persentase ketuntasan hasil tes pada pretest. Pada siklus I, siswa yang mencapai ketuntasan belajar mencapai 63,33% dari keseluruhan. Walaupun menunjukkan peningkatan, hasil tersebut belum mencapai indikator keberhasilan penelitian, yaitu banyaknya siswa yang tuntas belajar lebih dari atau sama dengan 80% dari keseluruhan.
Hal tersebut dapat dipahami bahwa pada siklus I, siswa belum sepenuhnya memahami apa yang dimaksudkan guru dengan teknik servis bawah. Siswa belum benar-benar fokus saat mencoba sehingga kesulitan yang dialami saat melakukan servis bawah belum teratasi seluruhnya. Akan tetapi pada siklus I siswa perpartisipasi aktif dalam melakukan servis bawah. Hal tersebut ditinjau dari observasi keaktifan siswa sebesar 76,67% serta angket tanggapan siswa sebesar 77%.
Berdasarkan hasil siklus I tersebut, perbaikan yang dilakukan pada siklus II adalah dengan menerapkan latihan bertahap dengan jarak 5 meter dan 6 meter. Melalui latihan secara bertahap, siswa lebih termotivasi dalam melakukan servis bawah karena pada jarak yang bervariasi siswa lebih terbiasa untuk melakukan teknik servis.
Pada siklus II tersebut, hasil belajar siswa lebih baik daripada hasil belajar pada siklus I. Sebanyak 26 siswa atau 86,67% siswa mampu melakukan teknik servis bawah dengan baik. Hal ini dikarenakan adanya evaluasi antara guru dan siswa secara individu sehingga membantu aktivitas siswa untuk memahami lebih baik apa yang harus diperbaiki dalam teknik servis bawah yang telah dia lakukan.
Interaksi belajar yang terjadi pada siklus II juga lebih baik daripada siklus I, baik interaksi antarsiswa maupun antara guru dengan siswa. Hal tersebut dapat dilihat pada rata-rata antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran, fokus dalam memperhatikan, bertanya pada guru, termotivasi untuk berlomba-lomba sebanyak mungkin melakukan servis bawah yaitu mencapai 82% pada lembar observasi keaktifan siswa.
Ditinjau dari teknik servis, siswa cenderung lebih siap mengikuti pembelajaran. Hal ini dikarenakan, adanya evaluasi dan instruksi secara individual oleh guru maupun teman sepermainan. Selain itu, metode latihan bertahap mengartikan adanya reward bagi siswa yang apabila mampu melakukan teknik servis bawah secara tuntas pada jarak ditentukan maka dapat dilanjutkan pada jarak berikutnya. Peran guru dalam metode ini, tidak sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa tetapi juga memfasilitasi siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri dengan penyajian materi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa.
Kemungkinan faktor-faktor yang menjadi penyebab peningkatan hasil belajar tersebut adalah sebagai berikut. 
(1) Melalui metode latihan bertahap, guru membantu siswa untuk dapat mempraktikkan teknik servis bawah secara bertahap, secara berlevel, dari tahap jarak dekat sampai jarak terjauh. Akibatnya, siswa lebih mudah menguasai materi.
(2) Pada metode latihan bertahap, lebih menarik sehingga siswa lebih bersemangat dan termotivasi dalam kegiatan. Siswa menjadi lebih aktif dalam melakukan praktik teknik servis bawah. 
(3) Melalui metode latihan bertahap, siswa lebih senang ketika melakukan teknik servis bawah megalahkan jarak yang ada. Selain itu, melalui evaluasi yang dilakukan oleh guru siswa dapat dengan cepat memperbaiki kesalahannya. Selain itu, keterlibatan siswa dalam mencoba, memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuannya terutama teknik servis bawah dalam permainan bola voli mini. Karena ketuntasan klasikal hasil belajar siklus II sudah melampaui 80%, maka penelitian tindakan kelas ini sudah mencapai indikator keberhasilan.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Penerapan model pembelajaran secara bertahap dengan jarak 3 sampai dengan 6 meter dapat meningkatkan kemampuan servis bawah siswa kelas V SD .........., Kecamatan ........., Kabupaten ......... tahun pelajaran 2012/2013. Persentase siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) lebih dari 80%, yaitu 86,67%.

B. Saran
Peneliti memberikan saran sebagai berikut.
(1) Bagi guru, metode latihan bertahap dengan jarak 3 sampai 6 meter dapat menjadi alternatif bagi guru penjasorkes untuk diterapkan pada materi servis bawah bola voli;
(2) Bagi kepala sekolah, hendaknya meningkatkan sarana prasarana olahraga di sekolah;
(3) Bagi KKG Penjasorkes Kecamatan Manonjaya, penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi dan referensi bagi guru penjasorkes untuk menerapkan pembelajaran serupa. Hendaknya para guru aktif menerapkan dan meneliti pada materi lain.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir.1992. Pengantar Asas-asas dan Landasan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Rekreasi. Jakarta: Debdikbud

Adang Suherman. 2000. Dasar-dasar Penjasorkes. Jakarta:Depdiknas
Amung Ma’mum & Toto Subroto. 2001. Pendekatan Keterampilan Taktis Dalam Permainan Bola voli Konsep & Metode Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas. 

Anni. 2006. Psikologi Belajar. Semarang : UPT Unnes Press.
Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Depdikbud. 1995. Metodik Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di Sekolah Dasar. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Depdiknas. 2003a. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta. 

Depdiknas. 2003b. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Sekolah dasar Kurikulum 2004. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Ibrahim, Nurdin. 2009. Pembelajaran Berbasis Media Sederhana. Jurnal Ilmiah Kreatif Vol. IV No 1 Januari 2009. 

Khomsin. 2008. Atletik 2. Semarang: Unnes Press.
Munadi, Sudji. 2010. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Depdiknas. 
Samsudin. 2008.Pemanfaatan Lingkungan dalam Pembelajaran Penjas. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

Sanusi, Abas.2003 Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Jasmani untuk Siswa SD. Jurnal Kependidikan PJKR FKIP UNSUR.

Semiawan.2008. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekoalh Dasar 
Shadiq. 2009. Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: P4TK Depdiknas 

Saputra. 2003. Pembelajaran Atletik Di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.Depdikbud 
Soegiyanto dan Soejarwo.1993.Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta. 
Soemitro. 1992. Permainan Kecil. Jakarta : Depdikbud.
Soetoto, Pontjopoetra. 2003. Permainan Anak Tradisional dan Aktivitas Ritmik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suharno HP. 1991. Metodologi Pelatihan Bola Voli. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.

Taufiq H. 2003. Biomekanika Olahraga. Semarang: Unnes.
Viera Barbara. 2004. Bola Voli Tingkat Pemula. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Widdiharto. 2004. Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: Pusat PPG Depdiknas.

Winataputra. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.